Selasa, 30 Oktober 2012

Kiat-kiat Untuk Studi ke Luar Negeri

Melanjutkan sekolah ke tingkat universitas bisa dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri. Sekarang ini, pergi ke luar negeri untuk sekolah bukanlah suatu hal yang asing lagi. Semakin banyak anak yang memilih untuk tidak menetap di dalam negeri karena berbagai alasan seperti ingin hidup mandiri, mencari pengalaman baru atau banyak lainnya. Persiapan sebelum pergi juga tentunya harus ada, contohnya seperti kiat-kiat berikut ini:

1. Siapkan mental

Ketika ke luar negeri, anak berarti harus berpisah dengan keluarganya. Ini bisa menyebabkan rasa kesepian yang akhirnya bisa menggangu proses pembelajaran. Jadi, mereka harus siap dengan kondisi hidup yang berbeda dan baru, misalnya tidak bertemu orangtua ataupun kakak-adik, tidak punya pembantu yang siap melayani, atau harus membersihkan rumah sendiri. Selain itu, para anak juga harus siap bersaing dengan banyak murid internasional lainnya dalam meraih nilai yang terbaik.

2. Nilai Akademik yang Mantap

Nilai akademik yang bagus pasti dibutuhkan untuk masuk kedalam sekolah yang berstandar tinggi. Bagi yang ingin ke luar negeri, harus dipastikan bahwa mereka telah menguasai bahasa Inggris. Bahasa Inggris dibutuhkan karena telah menjadi bahasa yang universal, alias dimengerti oleh berbagai macam negara. Tanpa nilai akademik dan bahasa Inggris yang memenuhi standar, anak tersebut diragukan untuk bisa mengikuti pelajaran yang pastinya tidak semakin gampang.

3. Berprestasi Di Kalangan Non-Akademik

Jika sang anak memang tidak bisa memenuhi standar nilai dalam akademik, mungkin dia bisa lebih mengandalkan prestasi yang tidak bersangkutan langsung dengan studi didalam sekolah. Contohnya, seperti mendapatkan prestasi dalam musik ataupun olahraga. Prestasi seperti ini juga akan memudahkan sang anak untuk diterima dalam sekolah yang berstandar tinggi karena mereka mengerti bahwa tidak setiap anak 'menonjol' dalam hal akademik.

4. Carilah Dana

Melanjutkan sekolah ke luar negeri memang tidak lebih murah daripada melanjutkan sekolah di dalam negeri. Selain kurs uang yang tinggi, biaya hidup dan biaya sekolahnya sendiri jauh lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia. Jika orangtua memang kurang mampu dan kesulitan dalam menutupi semua biaya yang dibutuhkan sang anak, mungkin mereka bisa mendorong anak untuk mendapatkan beasiswa. Beasiswa akan diberikan kepada sekolah-sekolah tertentu kepada anak-anak yang menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk melanjutkan studi. Ini tentu akan memudahkan orangtua untuk membiayai hal lainnya seperti akomodasi dan konsumsi anak sehari-harinya.

Senin, 15 Oktober 2012

Dear Diary


Hari ini aku merasa sangat malas. Nggak tau kenapa akhir-akhir ini, aku kehilangan motivasi untuk masuk sekolah. Padahal, aku kan dulu nggak seperti ini loh. Ya… aku memang sering telat, tapi niat untuk belajar dan duduk diam di kelas sangat kuat. Jujur deh, aku bingung kenapa sekarang jadi malas-malasan begini. Seharusnya kan di kelas 12 ini, aku jadi lebih rajin dan lebih menjadi si ‘maniak belajar’. Aku inget banget waktu kelas sembilan… Tiba-tiba aku jadi suka banget sama yang namanya belajar. Sampai semua orang, maupun itu temen-temen, guru-guru, ataupun keluarga sendiri, bilang aku nggak punya kehidupan karena terlalu sering mengurung diri dirumah. Biarpun itu hari jumat, sabtu, atau minggu, aktivitas aku pasti termasuk belajar. Dulu aku nggak peduli, justru senang kalau semua melihat aku sebagai anak rajin. Kenapa sekarang aku nggak bias serajin itu lagi di saat lagi butuh banget?!
 

Alesan aku males…? Jujur, aku sendiri nggak tau pasti apa sebab dari kemalesan yang tak terduga ini! Kalau dipikir-pikir, hal yang berbeda di sekolah hanyalah satu yaitu temen-temen. Aku baru sadar bahwa banyak banget temen-temen yang keluar dan lanjut sekolah di luar negeri atau sekolah lain didalem negeri. Karena itu, sekolah jadi sepi banget! Angkatan 12 yang semustinya ada empat kelas, sekarang tinggal sisa tiga. Tapi masa iya ini penyebab aku males dating ke sekolah? Tapi masa iya aku, yang dikata-katain ‘maniak belajar’ bias terganggu oleh masalah seperti ini? Aku selalu melihat diri sendiri sebagai anak yang nggak bergantung kepada temen-temen. Tapi jujur saja, aku emang nggak suka dengan kondisi kelas-kelas sekarang ini.


Mungkin juga aku mulai males karena aku udah terlalu capek belajar? Maksudku, semua disekitarku selalu menasehati:”udahlah, buat apa belajar terlalu rajin? Toh, kamu kan cewek… Akhir-akhir nya juga ikut dengan suami. Ya, kalau kerjapun, paling balik ke bisnis keluarga kan?” Bisa jadi karena terlalu sering mendengarkan nasihat-nasihat seperti ini, aku jadi merasa sudah cukup puas dan bias mulai santai-santai dikit. Lagian kan, aku juga sebentar lagi keluar dari sekolah ini. Memang rencana berhenti sekolah masih bulan Desember. Tapi dengan tau bahwa aku tidak perlu mendapatkan nilai yang bagus banget untuk lulus, aku juga mulai sering kasih tau diri sendiri bahwa aku nggak perlu terlalu berkerja keras. Udah gitu, aku juga sudah diterima di sekolah yang aku mau lanjutkan pelajaran kok. Bukannya aku sombong, tapi dengan kepastian ini aku sudah tak perlu lagi membingungkan apakah aku bisa lanjut ke universitas yang bagus nantinya.


Duh, aku bingung banget… Gimana ya caranya untuk menghilangkan rasa males ini? Aku mau banget rajin kayak dulu lagi!

 

 

 

 

 

 


 

Love,

Amelia

Jumat, 11 Mei 2012

Kegagalan bukan akhir dari segalanya...

Dulu kalau aku melakukan sesuatu dan gagal, pasti aku akan menangis. Rasanya dunia itu runtuh dan sekitarku hancur menjadi berkeping-keping. Tapi sekarang, aku sadar, bahwa itu konyol sekali. Kenapa aku harus menangis, kalau gagal? Sering sekali dulu kalau mendapat hasil ulangan, dan kurang memuaskan, pasti aku akan seperti orang yang sedang depresi. Jam untuk makan siang aku lewati, temanku yang mencoba menghibur tidak aku hiraukan, dan niat belajar pun menghilang.

Sekarang, aku sadar bahwa kegagalan itu bukanlah akhir dari segalanya. Contohnya tadi, tes x1 yang aku kerjakan sebelum makan siang sangat sulit. Saking sulitnya sampai aku kesulitan untuk menyelesaikan ulangannya dalam waktu yang diberikan! Tapi daripada aku kepikiran, aku memilih untuk bersenang-senang dengan teman-temanku. Apa boleh buat lagi kan, yang sudah terjadi biarkanlah terjadi. Apapun yang akan kita lakukan sesudah itu tidak akan mengubah apa yang telah di lakukan. 

Dari tes x1 yang tadi, aku belajar bahwa mungkin saja aku kurang persiapan jadi aku gugup. Justru dari kegagalan mulailah awal yang baru - kita belajar dari kesalahan kita agar kita tidak melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Bukankah itu berarti bahwa kita memulai sesuatu langkah yang baru? Dari kegagalan, kita mendapatkan berkat. Inilah sisi dari kegagalan yang seharusnya kita lihat!

Hanya sekedar coret-coret?

Terkadang kalau kita tidak tahu apa yang harus dilakukan di waktu senggang, keluarkanlah selembar kertas dan alat tulis - pen, pensil, spidol, semua macam boleh. Lalu, mulailah menggambar. Menggambar apa? Gambarlah apapun yang tangan kita ingin gambar, tidak harus menggambar suatu benda yang pasti. Gambar saja apapun, seperti mencoret-coret.

Hal ini sebenarnya sangat membantu kita untuk lebih rileks lagi. Tanpa sadar, waktu yang kita luangkan untuk sekedar 'mencoret-coret' sangatlah banyak. Dan hasilnya, amat memuaskan! :)

Salah satu contohnya


Bertambah lagi satu tahun!

Belum lama yang lalu, tepatnya tanggal 5 Mei 2012, aku berulang tahun yang ke-16. Tahun-tahun lalu yang sbelumnya, mendekati hari ulang tahunku adalah hari-hari yang paling menyenangkan. Orang-orang disekitarku akan menggodai aku seperti 'Ciee... yang bentar lagi mau ulang tahun!' atau bertanya 'Mei, kamu ulang tahun mau kado apa?' Mendengar ini, aku akan tersenyum kecil. Padahal didalam hati, akau ingin sekali berteriak-teriak dengan senang!

Bukan berati tahun ini tidak ada yang mengejek lagi, tetapi perasaaan senang nya sudah berkurang. Menurut ku tahun ini adalah ulang tahun yang paling mengesankan. Memang aku tidak dapat sebanyak hadiah seperti tahun lalu, atau mengadakan pesta yang besar-besaran. Yang aku lakukan adalah pergi ke panti. Aku dan berberapa teman-temanku pergi ke panti asuhan Karena Kasih di Sunter. Kita membagikan makanan, hadiah, dan potong kue ulang tahun bersama. Memang tidak seberapa dibandingkan mengadakan pesta yang megah. Tapi dengan melakukan ini, ada perasaan senang yang tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata apapun juga.

Mungkin, orang-orang akan melihat caraku merayakn ulang tahun ini aneh. Tapi buatku, ini lah cara berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberi kita satu tahun lagi. Berarti aku diberi satu tahun lagi untuk mengembalikan sedikit saja apa yang telah Tuhan berikan kepadaku.

Edwin bawa kado :)
Halo Tata!
Panti Asuhan Karena Kasih


Kamis, 10 Mei 2012

Tipe teman apa mereka?

Sekitar seminggu yang lalu, guru di kelasku menjelaskan sedikit tentang tipe-tipe teman yang ada di sekitar kita. Katanya, ada tiga macam teman: Jangkar, Jerat, dan Pelampung. Merekda diklasifikiasikan berdasarkan sifatnya yang sama dengan benda-benda tersebut.

Teman yang bersifat seperti jangkar adalah teman yang hanya bisa mencegah, tapi tidak bertindak. Seperti kebanyakan teman yang kita milikio; mereka hanya sekedar bisa memberitahukan kita mana yang salah dan yang seharusnya tidak dilakukan. Tapi mereka tidak akan melakukan lebih dari itu untuk menghentikan kita. Bukan berarti mereka bukan teman sejati, tetapi mungkin mereka tidak terlalu dekat dengan kita jadi tidak mau terlalu ikut campur.

Yang bahaya adalah teman yang seperti jerat. Sama seperti ketika ikan sedang ditangkap dengan jerat, mereka tidak bisa lagi kabur kemana-mana. Teman yang seperti itu biasanya bukan teman yang baik. mereka melakukan hal-hal yang salah dan menarik kita ikut kedalam masalahnya. terkadang, kita akan ikut kedalam masalahnya, tetapi mereka sendiri bisa keluar karena kita seperti menggantikan posisinya.

Seharusnya, kita mengelilingi diri kita dengan teman-teman yang bersifat seperti pelampung. Mereka adalah orang-orang yang akan mengangkat kita keluar dari masalah apapun juga. Mereka menopang, membantu dan tidak membiarkan kita jatuh kedalam hal-hal yang salah.

Mulai dari sekarang, kita harus bisa lebih pintar melihat teman-teman kita. Apakah mereka bersifat seperti jangkar atau pelampung? Jangan sampai karena kita tidak bisa bergaul dengan orang-orang yang benar, hidup kita ikut terseret bersama mereka. Ingat, jangan hanya menilai orang dari luarnya, karena didalamnya tersimpan banyak sekali hal yang tidak nampak mata.

Lanjut sekolah dimana?

Akhir-akhir ini, pikiranku terkabut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti 'dimana aku akan kuliah', 'jurusan apa yang akan ku ambil', dan 'akan tinggal dengan siapa di negara tujuanku nanti?'

Sebenarnya, aku takut menghadapi kenyataan bahwa tahun depan aku akan lulus. Berrarti aku sudah harus memikirkan hal-hal tadi dari sekarang. Aku harus lebih giat lagi belajar karena aku mau buktikan kepada orangtua ku bahwa aku bisa langsung masuk /university/, tidak harus melalui /college/ dulu. Aku tidak mau jadi yang pertama dalam keluarga besar ku yang masuk /college/...

Sedih juga kalau dipikir-pikir - banyak teman-temanku yang tidak menyelesaikan kelas 12 disini. Setelah kelas 11, mereka akan langsung pergi. Aku mau sekali ikut, tapi aku tidak mau masuk /college/! Kenapa rumit sekali ya...

Tapi ya sudahlah, aku hanya bisa berdoa bahwa semua pertanyaanku aman dijawab Tuhan dengan rencanaNya. Aku tahu kok, bahwa apapun yang terjadi, pasti karena itulah yang terbaik buat diriku.